Jumat, 18 November 2016

TAHAPAN ANALISIS & TAHAPAN PERANCANGAN


A.    TAHAPAN ANALISIS


1.      Identifikasi Masalah

Perkembangan sistem informasi yang semula berbasis client-server lalu menjadi berbasis web yang diproses di sisi client, telah melahirkan sikap pemerimaan dan penolakan dari user dalam proses penggunaannya.Sistem informasi yang penggunaannya relative diterima oleh pengguna (pelanggan) akan meningkatkan nilai layanan yang diberikan institusi di mata pelanggan. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana sikap dan perilaku yang dirasakan user terhadap sistem informasi yang digunakan. Sebagai contoh yaitu perilaku pengguna (user) terhadap penggunaan Sistem Informasi layanan akademik berbasis web di perguruan tinggi
2.      Analisis Masalah
Kecenderungan terjadinya End User Computing telah menimbulkan reaksi yang berbeda-beda dalam sikap dan perilaku pengguna sistem informasi. Perasaan menerima atau menolak muncul menjadi dimensi sikap terhadap penggunaan sistem informasi. Selain sikap, diketahui ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku user terhadap penggunaan sistem informasi.
Pada perkembangan terkini, web tidak hanya digunakan untuk mengakses halaman web (web page) saja. Namun juga digunakan sebagai sistem informasi yang terkoneksi dengan database yang sifatnya transaksional. Model TAM (Technology Acceptance Model) digunakan untuk melihat faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi, serta bagaimana reaksi dan persepsi seseorang  terhadap suatu hal dan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut.


3.      Analisis Kebutuhan

Tahap ini user mempelajari sistem informasi yang semula berbasis client-server menjadi berbasis web yang diproses di sisi client, telah melahirkan sikap penerimaan atau penolakan dari user dalam proses penggunaannya.   
Dalam kerangka manajemen hubungan pelanggan, sistem informasi yang penggunaannya relatif diterima oleh pengguna (pelanggan) akan meningkatkan nilai layanan yang diberikan institusi di mata pelanggannya. Oleh karenanya perlu diketahui bagaimana sikap dan perilaku yang dirasakan user terhadap sistem informasi yang digunakan.  Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yang mengadopsi model Technology Acceptance Model (TAM). Uji statistik dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) pada perangkat lunak Lisrel v8.30 dilakukan untuk menguji hipotesa yang diajukan.  
Penelitian ini menggunakan 5 (lima) konstruk yang telah dimodifikasi dari model penelitian TAM sebelumnya yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward Using), perilaku untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention To Use), dan kondisi nyata penggunaan sistem (Actual System Usage). 





B.     TAHAPAN PERANCANGAN

1.      Struktur Navigasi
Penelitian ini menggunakan konstruk eksogenous (exogenous constructs)  dan konstruk endogen (endogenous constructs) 











2.      Interface
Desain antarmuka merukan desain yang dirancang berdasarkan antarmuka user dengan penggunaan sistem informasi yang berbasis client-server menjadi berbasis web yang diproses di sisi client . Antarmuka yang digunakan yaitu konstruk eksogenous (exogenous constructs)  dan konstruk endogen (endogenous constructs) 
 Konstruk eksogenous (exogenous constructs) ini dikenal sebagai sources variables atau independen variabel yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Pada penelitian ini konstruk eksogenous meliputi  Perceived Ease of Use (PEOU) yaitu suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa sebuah teknologi dapat dengan mudah digunakan. 
Konstruk endogen (endogenous constructs)  Adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada penelitian ini konstruk endogen meliputi Perceived Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU), Behavioral Intention To Use (ITU) dan Actual System Usage (ASU). 




DAFTAR PUSTAKA


Analisis Paper "KAJIAN TENTANG PERILAKU PENGGUNA SISTEM INFORMASI DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) "



  1. Rangkuman Isi Paper
Jurnal “Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi Dengan Pendekatan Technology Aceptance Model (TAM)” Uji statistik dilakukan dengan Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan Software Lisrel v8.30 dilakukan untuk menguji hipotesa yang diajukan. Meneliti tentang bagaimana reaksi para pengguna (user) terhadap penggunaan Sisten Informasi  layanan akademik berbasis web. Untuk memudahkan, peneliti menggunakan pendekatan TAM yang telah dikembangkan dari teori psikologis yang menjelaskan bahwa perilaku berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude) keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensidimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user).  Model ini menempatkan faktor sikap dari tiaptiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu : 1. kemudahan penggunaan (ease of use), 2. kemanfaatan (usefulness) 
Dari lima konstruk dari model TAM, yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward Using), perilaku untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention To Use), dan kondisi nyata penggunaan sistem (Actual System Usage). Hasil pengujian menunjukkan bahwa masing-masing konstruk saling berpengaruh terhadap konstruk yang lain. Namun, terdapat satu hipotesa yang tidak diterima, yaitu hubungan antara variabel PEOU belum menunjukkan pengaruhnya terhadap variabel ATU. Hal tersebut dikarenakan tidak ada pengaruh antara persepsi tentang kemudahan penggunaan web (PEOU) dengan sikap penggunaan (ATU). Mudah atau tidaknya web yang digunakan tidak akan mempengaruhi sikap responden terhadap penggunaan teknologi tersebut.

  1. Kelebihan Paper
Ø  Peneliti menggunakan Software Lisrel v8.30  dalam uji statistik yang dilakukan dengan Structural Equation Modeling (SEM).
Ø  Abstrak jelas, sehingga dengan membaca abstraknya saja pembaca dapat mengetahui tujuan diadakan penelitian ini.
Ø  Penggunaan tata bahasa yang sesuai EYD.
Ø  Pembahasan metode yang digunakan sangat jelas.

  1. Kekurangan Paper
Ø  Teori yang mendukung penelitian masih kurang.
Ø  Tidak dijelaskan secara keseluruhan atau garis besar bagaimana perilaku pengguna sistem informasi dengan pendekatan TAM.
Ø  Peneliti terlalu terfokus memberikan kesimpulan pada hipotesa yang tidak diterima sehingga kesimpulan pada hipotesa lain yang diterima tidak dijelaskan pada sub bab kesimpulan.
Ø  Penjelasan mengenai hal-hal psikologis seperti perilaku atau sikap pengguna sistem informasi dirasa masih kurang.
Ø  Penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dengan pendekatan TAM masih kurang.
Ø  Tidak disertakan tujuan penelitian.




DAFTAR PUSTAKA


Analisis tes IQ manual dan tes IQ berbasis computer



Tes intelegensi atau tes IQ adalah suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan taraf kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan diri secara efektif. Tes intelegensi sering digunakan berbagai kalangan seperti di sekolah dalam menentukan jurusan atau di perkantoran dalam seleksi pegawai. Tes intelegensi dapat dilakukan secara manual ataupun secara computer.
  1. Tes IQ Manual
Tes IQ yang biasa dilakukan adalah Tes IQ manual. Tes ini biasanya diikuti oleh individu ataupun kelompok di dalam suatu ruangan. Testee atau peserta biasanya diminta untuk menjawab pertanyaan terbuka atau tertutup yang diberikan oleh tester. Jawabannya bisa ditulis oleh testee ataupun tester. Setelah selesai tes, tester melakukan scoring. Pada tahap scoring inilah tester membutuhkan waktu yang lama, karena tester harus melakukan pemeriksaan satu per satu jawaban yang dijawab oleh testee atau peserta. Setelah selesai melalukan scoring, barulah tester atau psikolog tersebut melakukan interpretasi dari hasil tes tersebut.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari Tes IQ Manual yaitu :

a.       Kelebihan :
Ø  Testee atau peserta dapat dengan mudah mengerti dengan instruksi yang disampaikan oleh tester dibandingan dengan tes IQ berbasis komputer.
Ø  Tester tidak hanya menginterpretasikan testee dari hasil tes saja melainkan dari observasi yang dilakukan tester terhadap testee saat tes IQ berlangsung.
b.      Kelemahan :
Ø  Membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan scoring.
Ø  Testee ataupun Tester tidak perlu membawa alat tulis untuk melakukan tes IQ.

  1. Tes IQ berbasis Komputer
Tes IQ dengan mengunakan komputer dapat mempermudah testee dalam pengisian pertanyaan, karena testee tidak perlu membawa alat tulis. Testee diminta untuk mengerjakan pertanyaan terbuka ataupun tertutup dari aplikasi yang sudah disediakan di komputer. Setelah testee selesai mengerjakan pertanyaan, kemudian tester melakukan scoring dengan menggunakan komputer. Dalam melakukan scoring, tester tidak terlalu sulit karena tinggal mengklik jawaban tersebut tester langsung mendapatkan hasil interpretasinya. Tes IQ sudah diuji sehingga sangatlah minim untuk melakukan kesalahan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari Tes IQ berbasis Komputer yaitu :
a.       Kelebihan :
Ø  Tester tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan scoring karena sudah ada aplikasinya.
Ø  Tester dan testee tidak perlu menyiapkan alat tulis
b.      Kelemahan :
Ø  Tester tidak bisa mengobservasi testee karena hasil interpretasinya langsung dikeluarkan oleh aplikasi setelah testee melakukan tes IQ tersebut.
Ø  Karena berbasis komputer masih banyak orang yang tidak terlalu mengerti dengan aplikasi dan  instruksi dari program tersebut sehingga sering terjadi kesalah pahaman atau salah arti terlebih untuk orang-orang yang tidak biasa menggunakan komputer ataupun karena faktor usia.


Sabtu, 25 Juni 2016

Kelebihan dan kekurangan behavioristik


  1. Kelebihan

1)     Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan.

Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.

2)      Materi yang diberikan sangat detail

Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajarannya.

3)      Membangun konsentrasi pikiran

Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik.

4)      Sangat cocok ditetapkan kepada siswa atau anak yang masih membutuhkan dominasi orang tua.

5)     Pembelajaran dapat mudah diarahkan dan diganti dengan stimulus-stimulus yang diinginkan.

6)      Pembelajaran mempunyai orientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

7)     Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

8)     Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

9)    Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.

10)  Membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

 

  1. Kekurangan

1)      Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru.

Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan bosan.

2)      Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru.

Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.

3)      Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas belajar.

4)     Menyebabkan proses pembelajaran yang tidak menyenangkan dan pendidik terkesan menjadi bersikap otoriter kepada siswa.

5)      Pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga pemikiran siswa tidak bisa berkembang secara lebih kreatif.

6)      Pemberian hukuman dianggap menjadi pilihan yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

7)     Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.

8)      Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

9)     Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.

10)  Tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.

11)  Tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
 
 
Daftar Pustaka
Basuki Heru, A.M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of personality, Sixty ed. Boston : Mc-Graw Hill.
 

 
 
 
 
 

 

Kamis, 28 April 2016

Teknik-teknik Humanistik

Sarah Andreina Jasmine (18513252) 3PA10

Terapi eksistensial-humanistik adalah terapi yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan pada pemahaman filosofis tentang menjadi manusia yang utuh dan apa makna menjadi manusia. Terapi ini memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar juga pada apa yang dialami pasien pada masa masa sekarang bukan pada masa lampau.

Salah satu tokoh yang berkaitan dengan terapi ini adalah Abraham Maslow.Maslow menyebutnya sebagai teori holistic-dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan orang memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi diri. Untuk memnuhi aktualisasi diri, ada beberapa kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri. Setelah itu semua terpenuhi, maka seseorang bisa mencapai aktualisasi diri.

Teknik-teknik Terapi Humanistik

1.       Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)

Psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam proses terapi, tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Dengan meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapis lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan

Pendekatan terapi person centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.

Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya. Contohnya orang-orang yang merasakan penolakan dan pengucilan dari yang lain, pengasingan yakni orang yang tidak memperoleh penghargaan secara positif dari orang lain, ketidakselarasan antara pengalaman dan self (tidak kongruensi), mengalami kecemasan yang ditunjukkan oleh ketidakkonsistenan mengenai konsep dirinya, defensive, dan berperilaku yang salah penyesuaiannya

2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)

Terapi Gestalt dikembangkan oleh F. Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu –individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa “ dan “ bagaimana”-nya tingkahlaku dan pengalaman di sini dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui.

Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang.

Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya non-interpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataanya sendiri, dan menemukan maknamaknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini-dan –sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.

 

3.      Transactional Analysis (Eric Berne)

Kata transaction dimaksudkan untuk menggambarkan bila seseorang mengadakan hubungan, dapat berupa percakapan atau perbuatan. Pada dasarnya transaksi berupa pertukaran dua hal. Pertukaran dapat berupa kata-kata, hadiah, atau pikiran yang disembunyikan bila dua orang sedang berdialog. Bila seseorang menegur orang lain dengan ucapan “Selamat siang”, kemudian dijawab dengan hal yang sama pula, maka terjadilah transaksi. Suatu percakapan adalah serangkaian dari transaksi-transaksi.

Sedangkan analysis adalah kegiatan mengurai. Adapun yang menjadi obyek penganalisaan di dalam TA tidak hanya transaksi antara dua orang, melainkan juga diri sendiri yang biasa dikenal dengan istilah Structural Analysis. Sehingga dengan demikian konsep TA dapat digunakan untuk mempelajari dan mengenal diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.

 

4.      Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)

Terapi Emotif Rasional adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.

 

5.      Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)

·         Logotherapy (Viktor Frankl)

Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).

·         Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental)

Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya, rasa bersalah , putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.

 

Alasan saya memilih teknik pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi: (1) acceptance (penerimaan); (2) respect (rasa hormat); (3) understanding (pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati); (5) encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas; dan (6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan). (memberi dorongan). Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik, kemudian dapat mengambil keputusan yang tepat dan dapat mewujudkan dirinya




 DAFTAR PUSTAKA
Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Feist, J & Feist, G. J.(2013).Teori Kepribadian.Jakarta: Salemba Humanika
Latipun.(2008).Psikologi Konseling.Malang: UMM Press
Prayitno & Amti. E.(2004).Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta
Riyanti, B.P. Dwi & Prabowo, Hendro. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma