1. Asosiasi
bebas
Terapi asosiasi bebas adalah suatu
metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan
emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu.
Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk
apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat
atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien
melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak
semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus
dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan
langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa
merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis. Tujuan asosiasi bebas
adalah untuk sampai ke alam tidak sadar dengan cara mulai dari ide yang
didasari saat ini, menelusurinya melaluli serangkaian asosiasi dan
mengikuti kemana ide ini pergi.
2.
Interpretasi (Penafsiran)
Adalah suatu prosedur dalam
menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain
teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya
terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan
mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh
mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu
sendiri.
Terapis
akan menyampaikan sekaligus memberi pemahaman pada klien mengenai makna dari
tingkah laku klien yang dimanifestasikan melalui keempat teknik psikoanalisis
tersebut. Tujuan dari penafsiran ini adalah agar mendororng ego klien untuk
megasimilasi hal-hal baru dan mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang
tidak disadari. Penafsiran harus disampaikan pada saat yang tepat agar dapat
diterima klien sebagai bagian dari dirinya. Apabila disampaikan terlalu cepat,
kemungkinan klien akan melakukan penolakan, tetapi apabila penafsiran jarang
dilakukan, kemungkinan klien akan sulit memperoleh insight atas
masalahnya.
3.
Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan
yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah
yang tidak terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar
menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam
bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk
mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
Freud
menilai mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran karena melalui mimpi,
hasrat, kebutuhan dan ketakutan yang di pendam akan mudah diungkapkan. Pada
saat klien tidur, pertahanan egonya akan melemah sehingga perasaan yang ditekan
akan muncul ke alam sadar. Analisis mimpi memungkinkan terapis untuk mengetahui
masalah-masalah yang tidak terselesaikan oleh klien. Pada dasarnya mimpi
memiliki 2 taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri dari
motif yang disamarkan, tersembunyi dan bersifat simbolik karena terlalu
menyakitkan dan mengancam seperti dorongan seksual dan agresif. Sementara itu,
isi manifes terdiri dari bentuk mimpi yang tampil dalam impian klien. Tugas
terapis disini adalah menyingkap makna yang disamarkan dengan mempelajari
simbol-simbol dari isi manifes mimpi, sehingga dapat diketahui isi laten klien.
4.
Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang tidak disadari
untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada
pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut.
Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah
tingkah lakunya.
Esistensi
dipandang oleh Freud sebagai pertahanan klien terhadap kecemasan yang akan
meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan dan perasaan yang
direpresinya. Hal ini akan menghambat terapis dan klien memperoleh pemahaman
dinamika ketidaksadaran klien. Jika terjadi resistensi, terapis harus
membangkitkan perhatian klien dan menafsirkan resistensi yang paling terlihat
untuk mengurangi kemungkinan klien menolak penafsiran. Resistensi dapat
menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan
sehingga sebisa mungkin terapis harus dapat memberi pemahaman pada klien agar
membuka tabir resistensinya.
5.
Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama dalam terapi
psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik
ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang
merupakan pengaruh dari masa lalunya.
Transferensi
merupakan reaksi klien yang melihat terapis sebagai orang yang paling dekat dan
penting dalam hidupnya di masa lalu. Sebagian besar terapis akan mengembangkan
neurosis transferensi yang dialami klien di lima tahun pertama kehidupannya.
Untuk itu terapis harus melakukannya secara netral, objektif, anonim dan pasif.
Teknik ini akan mendorong klien menghidupkan kemabali masa lalunya sehingga
memberi pemahaman pada klien mengenai pengaruh masa lalunya terhadap
kehidupannya saat ini. Melalui transferensi, klien juga mampu menyadari konflik
masa lalu yang masih dipertahankannya sampai sekarang.
Alasan saya memilih teknik terapi analisis mimpi karena terapis
bisa mengungkapkan makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol
yang terdapat dalam isi manifest. Di dalam proses
terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas
sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
Karena saat klien tertidur, dia akan mengatakan perasaan-perasaan yang direpres
kemudian akan muncul kepermukaan meskipun dalam bentuk lain dan sebenarnya hal
itu yang akan membentu klien dalam memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah
yang belum terpecahkan setelah itu tugasnya terapis yang mencari tau apa arti
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of personality, Sixty ed.
Boston : Mc-Graw Hill