Rabu, 29 April 2015

Child Abuse



Child abuse adalah suatu tindakan kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan secara berulang-berulang secara fisik,verbal, emosional, dan seksual. Faktor utama child abuse adalah tayangan kekerasan, seks dan pornografi melalui berbagai media telah mencuciotak masyarakat Indonesia dengan karakter iri, dengki, kekerasan, danpornoaksi. Termasuk di dalamnya lagu-lagu yang semakin tidak kreatif, isi dantampilannya hanya seputar paha dan dada telah semakin merusak mental masyarakat Indonesia selain itu juga ada faktor lain yaitu Ancaman hukuman yang relatif ringan dan sistem penegakan hukum lemah, memerlukan pengorbanan biaya dan pengorbanan mental yang sangat tinggi cenderung membuat korban menghindariproses hukum. Proses hukum yang rumit dan berbelit-belit, penanganan yang keraptidak manusiawi, dan ancaman hukuman minimal 3 tahun maksimal 15 tahun membuat kasus-kasus kekerasan seksual tenggelam selama bertahun-tahun dan membiarkanpara korbannya tumbuh tanpa intervensi psikologis yang tepat.kita dapat lihat dari contoh kasus dibawah ini .
Menik (nama samaran) yang berusia 5 tahun, anak ke lima dari pasangan AW (55) dan RM (45) yang bernasib kurang beruntung dibandingkan dengan teman-teman seusianya. Di usianya yang masih kecil, Menik terpaksa kehilangan keperawanan akibat ulah temannya saat bermain.
Ceritanya bermula, ketika Menik diajak bermain oleh ke dua temannya SM (17) dan AD (11) ke sebuah gudang penggilingan padi, di sebuah desa Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Senin, 20 September 2012. Di dalam gudang Menik diancam dan harus mengikuti keinginan temannya. AD disuruh SM untuk mengawasi kondisi di luar gudang, sedangkan SM melucuti celana Menik dan menodainya.
Usai melakukan perbuatan tidak terpuji itu, Menik diancam SM untuk tidak memberitahukan tentang perbuatan yang terjadi di dalam gudang tersebut. Begitu pun ancaman kepada AD. Namun, rahasia itu tidak bertahan lama. Empat hari kemudian, Menik terpaksa menceritakan kepada ibunya setelah mengeluh kesakitan di bagian kemaluannya saat hendak buang air kecil. “Putri saya mengaku sakit di bagian kemaluaannya saat buang air kecil. Setelah saya tanya, barulah dia mau bercerita kalau dia dikerjain oleh SM beberapa hari sebelumnya,” ujar RM.
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa kasus ini termasuk ke dalam teori
Ø  Pandangan Psikoanalisa terhadap kekerasan
Bicara mengenai kekerasan dari sudut pandang psikologi, rasanya tak lengkap bila tidak meninjaunya dari teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Freud. Freud merupakan salah satu bapak psikologi yang sumbangan pemikirannya pada bidang psikologi (dan bahkan pada bidang lain) sangatlah besar, terlepas dari segala kontroversi yang dinyatakannya dalam bidang agama.
Menurut teori psikoanalisa, struktur jiwa manusia dibagi menjadi tiga, yaitu superego, ego dan id. Superego bekerja berdasarkan prinsip ideal (yang seharusnya). Isi superego adalah segala perintah dan larangan yang dibatinkan (internalisasi) dari orang tua dan tokoh-tokoh yang berkuasa (juga ajaran agama) bagi si anak. Ego bekerja berdasarkan prinsip realita. Egolah yang terutama menggerakkan perilaku sadar individu. Sedangkan id bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan/kesenangan. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki ego yang kuat sehingga mampu mengontrol dorongan yang berasal dari id maupun superegonya.
Pada dasarnya perilaku manusia digerakkan oleh dua dorongan dasar, yaitu dorongan untuk hidup (eros) dan dorongan untuk mati (thanatos). Dorongan untuk hidup kemudian oleh Freud dispesifikkan pada dorongan seks (libido) sebagai intinya. Ini disebabkan karena Freud melihat berdasarkan pengalaman prakteknya, banyak pasien yang mengalami gangguan mental disebabkan mereka tidak mampu mengekspresikan dorongan seks mereka secara wajar. Libido ini yang mengisi energi pada id.
Pada bagian lain, energi superego berasal dari thanatos. Itulah sebabnya mengapa orang yang superegonya kuat dan mendominasi kepribadiannya, mudah diliputi kecemasan dan rasa bersalah yang pada akhirnya membuat individu diliputi perasaan putus asa dan depresi (bahkan keinginan untuk bunuh diri). Ini terjadi karena energi thanatos diarahkan kepada diri sendiri. Sedangkan bila energi thanatos diarahkan ke luar, ini akan muncul dalam bentuk perilaku agresi yang bersifat destruktif termasuk di dalamnya rupa-rupa tindak kekerasan.
Berdasarkan pandangan psikoanalisa tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya dorongan untuk melakukan tindak kekerasan memang sudah menjadi sifat dasar manusia (bawaan). Semua manusia berpotensi (tanpa kecuali) untuk melakukan tindak kekerasan (entah terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain).
  Pandangan behaviorisme terhadap kekerasan
Berbeda dengan psikoanalisa, behaviorisme berpendapat bahwa kekerasan disebabkan dari hasil belajar. Manusia akan cenderung mengulangi tingkah laku yang menguntungkan dirinya sehingga tingkah laku tersebut akhirnya menjadi sifat dirinya. Orang yang berbadan kekar cenderung akan melakukan tindakan agresif karena tindakan tersebut lebih banyak menguntungkan dirinya (orang lain yang badannya kecil akan kalah dengannya). Di sini berlaku prinsip penguatan (reinforcement).
Tingkah laku juga terjadi karena adanya modelling (belajar meniru). Bila lingkungan sekitar (orang tua, saudara, tetangga, media) menyajikan adegan-adegan kekerasan, maka sangatlah mungkin individu akan meniru tindakan kekerasan tersebut.Jadi, behaviorisme melihat bahwa perilaku kekerasan terjadi karena memang perlilaku tersebut membawa konsekuensi yang positif (menyenangkan) bagi individu pelakunya serta karena memang lingkungan menyediakan model-model untuk melakukan.

Daftar pustaka :


https://id-id.facebook.com/notes/a-kasandra-putranto/faktor-penyebab-maraknya-kekerasan-seksual-pada-anak-di-indonesia/10152431526538501

Tidak ada komentar:

Posting Komentar