Sabtu, 25 Juni 2016

Kelebihan dan kekurangan behavioristik


  1. Kelebihan

1)     Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan.

Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.

2)      Materi yang diberikan sangat detail

Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajarannya.

3)      Membangun konsentrasi pikiran

Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik.

4)      Sangat cocok ditetapkan kepada siswa atau anak yang masih membutuhkan dominasi orang tua.

5)     Pembelajaran dapat mudah diarahkan dan diganti dengan stimulus-stimulus yang diinginkan.

6)      Pembelajaran mempunyai orientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.

7)     Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

8)     Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

9)    Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.

10)  Membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

 

  1. Kekurangan

1)      Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru.

Peserta didik hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik cenderung pasif dan bosan.

2)      Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru.

Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.

3)      Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

Karena menurut teori ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas belajar.

4)     Menyebabkan proses pembelajaran yang tidak menyenangkan dan pendidik terkesan menjadi bersikap otoriter kepada siswa.

5)      Pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga pemikiran siswa tidak bisa berkembang secara lebih kreatif.

6)      Pemberian hukuman dianggap menjadi pilihan yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

7)     Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.

8)      Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

9)     Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.

10)  Tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.

11)  Tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
 
 
Daftar Pustaka
Basuki Heru, A.M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of personality, Sixty ed. Boston : Mc-Graw Hill.
 

 
 
 
 
 

 

Kamis, 28 April 2016

Teknik-teknik Humanistik

Sarah Andreina Jasmine (18513252) 3PA10

Terapi eksistensial-humanistik adalah terapi yang dilakukan dengan pendekatan berdasarkan pada pemahaman filosofis tentang menjadi manusia yang utuh dan apa makna menjadi manusia. Terapi ini memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar juga pada apa yang dialami pasien pada masa masa sekarang bukan pada masa lampau.

Salah satu tokoh yang berkaitan dengan terapi ini adalah Abraham Maslow.Maslow menyebutnya sebagai teori holistic-dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan orang memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi diri. Untuk memnuhi aktualisasi diri, ada beberapa kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri. Setelah itu semua terpenuhi, maka seseorang bisa mencapai aktualisasi diri.

Teknik-teknik Terapi Humanistik

1.       Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)

Psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam proses terapi, tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Dengan meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapis lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan

Pendekatan terapi person centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.

Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya. Contohnya orang-orang yang merasakan penolakan dan pengucilan dari yang lain, pengasingan yakni orang yang tidak memperoleh penghargaan secara positif dari orang lain, ketidakselarasan antara pengalaman dan self (tidak kongruensi), mengalami kecemasan yang ditunjukkan oleh ketidakkonsistenan mengenai konsep dirinya, defensive, dan berperilaku yang salah penyesuaiannya

2.      Gestalt Therapy (Fritz Perls)

Terapi Gestalt dikembangkan oleh F. Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu –individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharap kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada “apa “ dan “ bagaimana”-nya tingkahlaku dan pengalaman di sini dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tidak diketahui.

Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang.

Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya non-interpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pernyataan-pernyataanya sendiri, dan menemukan maknamaknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini-dan –sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.

 

3.      Transactional Analysis (Eric Berne)

Kata transaction dimaksudkan untuk menggambarkan bila seseorang mengadakan hubungan, dapat berupa percakapan atau perbuatan. Pada dasarnya transaksi berupa pertukaran dua hal. Pertukaran dapat berupa kata-kata, hadiah, atau pikiran yang disembunyikan bila dua orang sedang berdialog. Bila seseorang menegur orang lain dengan ucapan “Selamat siang”, kemudian dijawab dengan hal yang sama pula, maka terjadilah transaksi. Suatu percakapan adalah serangkaian dari transaksi-transaksi.

Sedangkan analysis adalah kegiatan mengurai. Adapun yang menjadi obyek penganalisaan di dalam TA tidak hanya transaksi antara dua orang, melainkan juga diri sendiri yang biasa dikenal dengan istilah Structural Analysis. Sehingga dengan demikian konsep TA dapat digunakan untuk mempelajari dan mengenal diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.

 

4.      Rational-Emotive Therapy (Albert Ellis)

Terapi Emotif Rasional adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan yang tidak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.

 

5.      Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental) dan Logotherapy (Viktor Frankl)

·         Logotherapy (Viktor Frankl)

Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).

·         Existential Analysis (Rollo May, James F. T. Bugental)

Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir, dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri, menemukan jati dirinya, sehingga menemukan kesadaran diri sendiri yang dapat mengeliminasi perasaan tidak berarti (not being) sedangkan perasaan tidak berarti ini biasanya muncul dalam kondisimerasa tidak berdaya, rasa bersalah , putus asa dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang sedang bermasalah. Oleh karena itu, terapi eksistensialis memandang klien sebagai manusia bukan sekadar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.

 

Alasan saya memilih teknik pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi: (1) acceptance (penerimaan); (2) respect (rasa hormat); (3) understanding (pemahaman); (4) reassurance (menentramkan hati); (5) encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas; dan (6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan). (memberi dorongan). Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik, kemudian dapat mengambil keputusan yang tepat dan dapat mewujudkan dirinya




 DAFTAR PUSTAKA
Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Feist, J & Feist, G. J.(2013).Teori Kepribadian.Jakarta: Salemba Humanika
Latipun.(2008).Psikologi Konseling.Malang: UMM Press
Prayitno & Amti. E.(2004).Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta
Riyanti, B.P. Dwi & Prabowo, Hendro. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma



 
 

Sabtu, 23 April 2016

Kelebihan dan kekurangan humanistik

Sarah Andreina Jamine (18513252) 3PA10

A.    Kelebihan Teori Humanistik
Kelebihan humanstik yang pertama adalah selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis. Yang kedua indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Yang ketiga siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.Yang keempat suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan. Yang kelima keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Yang enam dalam pembelajaran pada teori ini, siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampumencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya

B.     Kekurangan Teori Humanistik
Kekurangannya humanistik yang pertama  adalah teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah. Yang kedua banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Yang ketiga psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis. Yang keempat siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar. Yang kelima siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar. Yang keenam proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung. Yang ke tujuh sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Yang kedelapan Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

 

DAFTAR PUSTAKA

Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of personality, Sixty ed. Boston : Mc-Graw Hill

Corey, Gerald. (2011). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika

Sugihartono. (2006). Psikologi Pendidikan.Yoyakarta: FIP UNY.

 

 

 

Rabu, 30 Maret 2016

Teknik-teknik terapi Psikoanalisa

Sarah Andreina Jasmine (18513252) 3PA10
1.      Asosiasi bebas

Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu. Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis. Tujuan asosiasi bebas adalah untuk sampai ke alam tidak sadar dengan cara mulai dari ide yang didasari saat ini, menelusurinya melaluli serangkaian asosiasi dan mengikuti kemana ide ini pergi. 

2.      Interpretasi (Penafsiran)

Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.

Terapis akan menyampaikan sekaligus memberi pemahaman pada klien mengenai makna dari tingkah laku klien yang dimanifestasikan melalui keempat teknik psikoanalisis tersebut. Tujuan dari penafsiran ini adalah agar mendororng ego klien untuk megasimilasi hal-hal baru dan mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari. Penafsiran harus disampaikan pada saat yang tepat agar dapat diterima klien sebagai bagian dari dirinya. Apabila disampaikan terlalu cepat, kemungkinan klien akan melakukan penolakan, tetapi apabila penafsiran jarang dilakukan, kemungkinan klien akan sulit memperoleh insight atas masalahnya.

3.      Analisis Mimpi

Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.

Freud menilai mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran karena melalui mimpi, hasrat, kebutuhan dan ketakutan yang di pendam akan mudah diungkapkan. Pada saat klien tidur, pertahanan egonya akan melemah sehingga perasaan yang ditekan akan muncul ke alam sadar. Analisis mimpi memungkinkan terapis untuk mengetahui masalah-masalah yang tidak terselesaikan oleh klien. Pada dasarnya mimpi memiliki 2 taraf isi, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri dari motif yang disamarkan, tersembunyi dan bersifat simbolik karena terlalu menyakitkan dan mengancam seperti dorongan seksual dan agresif. Sementara itu, isi manifes terdiri dari bentuk mimpi yang tampil dalam impian klien. Tugas terapis disini adalah menyingkap makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol dari isi manifes mimpi, sehingga dapat diketahui isi laten klien.       

 

4.      Analisis Resistensi

Adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.

Esistensi dipandang oleh Freud sebagai pertahanan klien terhadap kecemasan yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan dan perasaan yang direpresinya. Hal ini akan menghambat terapis dan klien memperoleh pemahaman dinamika ketidaksadaran klien. Jika terjadi resistensi, terapis harus membangkitkan perhatian klien dan menafsirkan resistensi yang paling terlihat untuk mengurangi kemungkinan klien menolak penafsiran. Resistensi dapat menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan sehingga sebisa mungkin terapis harus dapat memberi pemahaman pada klien agar membuka tabir resistensinya.

5.      Analisis Transferensi/Pengalihan

Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.

Transferensi merupakan reaksi klien yang melihat terapis sebagai orang yang paling dekat dan penting dalam hidupnya di masa lalu. Sebagian besar terapis akan mengembangkan neurosis transferensi yang dialami klien di lima tahun pertama kehidupannya. Untuk itu terapis harus melakukannya secara netral, objektif, anonim dan pasif. Teknik ini akan mendorong klien menghidupkan kemabali masa lalunya sehingga memberi pemahaman pada klien mengenai pengaruh masa lalunya terhadap kehidupannya saat ini. Melalui transferensi, klien juga mampu menyadari konflik masa lalu yang masih dipertahankannya sampai sekarang. 

            Alasan saya memilih teknik terapi analisis mimpi karena terapis bisa mengungkapkan makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifest. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung. Karena saat klien tertidur, dia akan mengatakan perasaan-perasaan yang direpres kemudian akan muncul kepermukaan meskipun dalam bentuk lain dan sebenarnya hal itu yang akan membentu klien dalam memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan setelah itu tugasnya terapis yang mencari tau apa arti tersebut.

 DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of personality, Sixty ed. Boston : Mc-Graw Hill
 
 
 

 

 

Kamis, 24 Maret 2016

Kelebihan dan kekurangan psikoanalisis






Sarah Andreina Jasmine (18513252)
3PA10

Kelebihan psikoanalisis dari freud adalah yang pertama teori-teori freud telah menyadarkan kita tentang dua dorongan dan bagaimana kuatnya pengaruh itu pada kita. Yang kedua freud juga menunjukan betapa besarnya pengaruh keluarga dalam pembentukan jati diri seseorang dari pria ataupun wanita. Yang ketiga freud menjelaskan kenangan trauma yang menjadi penyebab ketidakstabilan jiwa seseorang dan itu harus diperbaiki dan kemudian dia mengeluarkn ide tentang Mekanisme pertahanan diri yang memang harus kita terima karena manusia pada dasarnya mempunyai cara sendiri dalam memanipulasi kenyataan dan ingatannya tentang kenyataan tersebut agar bisa sesuai dan menyenangkan keinginannya. Yang kempat konseling psikoanalisa merupakan penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Yang kelima adanya penyesuaian antara teori dengan teknik. Yang keenam dapat membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadari klien.

Kekurangan psikoanalisis adalah yang pertama terlalu menekankan kepaa pengalaman kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah sepenuhnya tanggung jawab individu sekarang. Yang ke duan terlalu menekankan pada libido, padahal tidak semua hal dapat dijelaskan dengan libido. Yang ketiga tidak semua kenangan masa lalu bisa atau sebaliknya dibawa ke alam sadar. Yang keempat penanganan tidak efektif untuk psikosis atau penyakit menetap dibandingkan dengan masalah-masalah yang terkait denga fobia, histeria dan obsesi. Yang kelima tidak hanya terbatas pada psikoanalisis yaitu setelah sembuh, pasien bisa mengalami masalah lain. Menyadari keterbatasan tersebut, freud merasa bahwa psikoanalisis bisa digunakan bersama-sama dengan terapi lainnya. Akan tetapi, ia berulang kali menekankan bahwa psikoanalisis tidak bisa dipersingkat dan di modifikasi. Yang keenam biaya yang banyak dikeluarkan oleh klien. Yang ketujuh memakan waktu yang sangat lama. Yang kedelapan klien akan menjadi jenuh akibat waktu yang terlalu lama, maka dari itu dibutuhkan terapis  yang bener-benar terlatih untuk melakukan terapi
 


Daftar Pustaka :

Sarwono, Sarlito, W. (2000). Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi. Edisi ketiga. Jakarta : PT Bulan Bintang.

Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of personality, Sixty ed. Boston : Mc-Graw Hill
Bertens, K. (2006). Psikoanalisis Sigmund freud. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Selasa, 26 Januari 2016

Komunikasi Organisasi

Definisi komunikasi Organisasi

Menurut Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.

Dimensi-Dimensi Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi

  1. Komunikasi internal.

Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:

    1. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan.
    2. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

 

  1. Komunikasi eksternal.

Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.

b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

Tipe-tipe Komunikasi dalam Organisasi

  1. Komunikasi vertikal, yaitu arus komunikasi dua arah timbal balik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bisa dari atas ke bawah (downward communication) dan bisa dari bawah ke atas(upward communication).
  2. Komunikasi horizontal, merupakan komunikasi satu level yang terjadi antara satu karyawan dengan karyawan lainnya atau pimpinan satu departemen dengan departemen lainnya dalam satu tingkatan dan lain sebagainya.
  3. Komunikasi eksternal, Berlangsung secara dua arah antara pihak organisasi/lembaga dengan pihak luar.
  4. Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi ditentukan oleh kebijakan dan arus informasi yang ada dalam organisasi tersebut. Arus informasi akan membentuk pola-pola hubungan atau jaringan komunikasi

 

Daftar Pustaka